Sekelumit Tentang Pesantren dan Madrasah Diniyah

0
Al-Ihsan

Salah satu kekhasan pendidikan di Indonesia adalah adanya lembaga pendidikan pesantren. Secara historis, pesantren telah ada dalam waktu yang relatif lama. Sistem pendidikan pesantren telah ada semenjak para walisongo menyebarkan Islam di Indonesia. Seluruh  walisongo memiliki pesantren sendiri-sendiri. Pesantren adalah institusi pertama di Nusantara yang mengembangkan pendidikan diniyah (keagamaan). “Oleh karena itu, hingga awal abad XX, dapat dikatakan bahwa sejarah Islam di Indonesia adalah identik dengan sejarah pesantren dan para ulamanya; baik sistem pendidikan, metode dakwah maupun strategi perjuangannya menghadapi atau melawan penjajah di negeri ini yang ratusan tahun lamanya”(Nata (ed), 201:135).

Seiring dengan berkembangnya zaman, terus terjadi dinamisasi dan perubahan di dunia pesantren, yang dalam khazanah akademis disebut dari pesantren, madrasah ke Madrasah. Meskipun demikian, tetap ada yang khas di dalam dunia pendidikan pesantren, walaupun secara struktural pesantren telah mengadopsi sistem madrasi bahkan sistem pendidikan luar (umum) pada saat ini.

 Pesantren memang menerapkan konsep continuity and change atau dalam dalil pesantrennya “al-muhafadzatu alal qadimish shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah”. Yaitu terus melakukan perubahan dan adopsi inovasi tetapi tetap mempertahankan tradisi lama yang baik dan bermanfaat. Hal ini dilakukan “sebagai upaya untuk mempertahankan eksistensi sekaligus menarik ‘pangsa pasar’ ”(Nata (ed), 2001:150).

Salah satu ciri khas yang terus ada di tengah dunia pesantren, walaupun telah mengalami berbagai perubahan dari waktu-kewaktu dan mengalami fase pengembangan adalah Madrasah Diniyah yang sering disebut MADIN atau pendidikan keagamaan dengan memakai kitab-kitab sebagai sumber belajar. Pendidikan keagamaan yang dilakukan melalui Madrasah Diniyah merupakan suatu tradisi khas pesantren yang akan terus dilakukan, sebab inti lembaga pesantren justru ada di sini. Ibaratnya adalah “jantung hati” pesantren. Pesantren tanpa pendidikan diniyah tentu bukan pesantren dalam hakikat pesantren sebenarnya.

Pendidikan ini (Madrasah Diniyah, red) pada awalnya dilakukan secara swakelola oleh pesantren. Makanya, guru-guru madrasah diniyah dalam banyak hal juga hanya memperoleh reward yang seadanya. Yang lebih sering, pendidikan agama tersebut lebih sering dikaitkan dengan konsep ”lillahi ta’ala”, sebuah istilah yang sering dikaitkan dengan konsep ”gratis dan murah”

Madrasah Diniyah merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam yang hanya mengajarkan bidang keagamaan. Penyelenggaraan sistem pendidikan dan pengajarannya bervariasi antara pesantren yang satu dengan pesantren yang lain. Diantaranya yaitu: dengan sistem bandongan, sorogan ataupun wetonan. Dengan sistem ini pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia telah menunjukkan keberhasilannya dalam mencetak kader-kader ulama yang telah berjasa turut mencerdaskan masyarakat Indonesia.

Seperti banyak diketahui bahwa para ustadz atau ustadzah yang mengajar di madrasah diniyah adalah lulusan pesantren yang sangat kaya materi ajar namun dari sisi metodologi kependidikan mungkin masih perlu diperkaya. Makanya program peningkatan kualitas madrasah diniyah yang utama adalah penyetaraan guru madrasah diniyah. Jika hal ini sudah dapat diraih maka para guru madrasah diniyah tentunya akan dapat mengikuti program sertifikasi pendidik karena syarat utamanya adalah lulusan setara Strata satu (S1).

Peningkatan kualitas lembaga pendidikan merupakan sesuatu yang sangat urgen. Sebab peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) tidak akan mungkin bisa dilakukan tanpa peningkatan kualitas kelembagaannya. Dan di dalam kerangka ini, maka pengutamaan kelayakan mengajar bagi para gurunya merupakan prioritasnya, dan baru kemudian pemenuhan standart kualifikasi lainnya.

Sebagaimana yang telah disinggung diatas, Madrasah Diniyah merupakan lembaga pendidikan yang terfokus pada pendidikan Agama. Para siswa diajari mulai dari mengenal huruf arab, hukum-hukum Islam (syariat), ilmu tauhid, ilmu akhlak, belajar Al-qur’an dengan tajwid, tarikh (sejarah), nahwu dan shorof. Selain sebagai lembaga pendidikan yang mengajarkan agama, ternyata keberadaan Madrasah Diniyah juga mempunyai peran yang sangat signifikan dalam memperdalam pendidikan agama Islam yang ada pada Madrasah formal, khususnya bagi para siswa yang mengenyam pendidikan di Madrasah formal umum.

Saat ini, Dunia pendididkan hususnya pendidikan Islam memiliki tugas yang tidak ringan dalam menghadapi era globalisasi sekarang ini, pendidikan adalah masalah yang sangat penting terlebih lagi dalam lajunya pembangunan nasional yang di tuntut adanya generasi yang lebih maju disamping mempersiapkan peserta didik untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan tehnologi (iptek) diharapkan juga mampu meningkatkan keimanan ketakwaan (imtaq) terhadap tuhan yang maha Esa, peningkatan keimanan dan ketakwaan dilakukan untuk mengantisipasi dampak negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa sekarang ini.

Sejalan dengan kemajuan tersebut maka dewasa ini pendidikan disekolah telah menunjukkan perkembangan yang pesat, perubahan dan pembaharuan bukan saja terjadi pada bidang kurikulum, methodologi pengajaran, peralatan dan penilaian pendidikan, tetapi terjadi juga pada bidang administrasi, organisasi dan personal, bahkan secara keseluruan dapat dikatakan bahwa perubahan itu merupakan pembaharuan dalam sistem pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada.

Perkembangan dan pembaharuan tersebut untuk mencapai pendidikan nasional, dalam arti membentuk manusia Indonesia seutuhnya, sebagai mana rumusan formal, fungsi dan tujuan pendidikan nasional Indonesia dalam undang-undang no 20 tahun 2003, pasal 3 tentang pendididkan nasional adalah sebagai berikut :

”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dalam bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam ragka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Undang-undang  RI  no 20 , Sistem Pendidikan Nasional: 4).

Keberadaan Madrasah Diniyah masih sangat diperlukan, karena pendidikan agama yang diperoleh di sekolah umum kurang memadai jumlah jam pelajaran. Sementara itu kebutuhan akan pembinaan kehidupan beragama dan akhlakul karimah bagi siswa sangat tinggi. Lebih-lebih jika dikaitkan dengan merosotnya moral yang melanda kalangan pelajar dan generasi muda akhir-akhir ini. Para orang tua resah, para pemuka masyarakat gelisah. Mereka mencari solusi atau cara untuk menanggulanginya.

Lembaga pendidikan yang memadukan kurikulum negeri dan kurikulum lokal dengan muatan yang seimbang yaitu lembaga pendidikan formal swasta, salah satunya adalah yang ada di MTs. N Purworejo, yang berada dalam naungan ma’arif. Hal ini dimaksudkan agar lulusan lembaga tersebut mampu berpacu dengan lulusan Sekolah-sekolah umum dalam rangka mencapai tujuan nasional, dengan tidak menghilangkan jati dirinya sebagai lembaga pendidikan yang mencetak ulama dan ahli agama. Sebab saat ini,  “Keterpaduan antara berbagai disiplin ilmu umum, dan keterpaduan antara berbagai disiplin ilmu umum dan agama perlu dilakukan” (Nata, 2001;90)

Sejarah Pendidikan Islam Selain NU dan Muhammadiyah

0

Oleh : Imam Choiri

PENDAHULUAN

Pada masa penjajahan colonial Belanda untuk mengenyam pendidikan sangat sulit sekali dikarenakan ada berbagai peraturan yang diterapkan oleh pihak colonial Belanda, terutama terhadap pribumi, yaitu adanya diskriminsi. Selain itu pendidikan yang dibuat oleh pihak colonial hanya diperuntukkan untuk mendapatkan pegawai dengan upah rendahnamun berpotensi. Selain itu, ruang lingkup pendidikan tersebut sangat di awasi oleh colonial Belanda, dikarenkan Belanda kawatir akan terjadi suatu pemberontakan akibat pendidikan iti.
Sedangkan bangsa Indonesia sendiri memerlukan sebuah pendidikan untuk mendukung pergerakan mereka menuju kemerdekaan. Maka dari itupendidikan di Indonesia mulaibermunculan, maik yang sesuai haluan politik maupun agama (islam). Maka dari itu kami akan mengulas beberapa lembaga pendidikan yang berhaluan agama, karena lembaga-lembaga pendidikan tersebut membeikan andil yang cukup besar dalam pendidikan islam di Indonesia. Namun dalam makalah kali ini kami akan membatasi 3 (tiga) saja, yaitu Al-Jami’at Al-Khoiriyah, Al-Islah Wal Irsyad dan perserikatan Ulama.
Dalam penulisan makalah ini kami memuat beberapa rumusan masalah yang akan menjadi pokok bahasan kali ini, agar pembahasan tidak melebar. Yaitu:
1. Bagaimana latar balakang berdirinya lembaga?
2. Bagaimana model pendidikannya?

PEMBAHASAN

Saat Indonesia yakin bahwa kemerdekaan berada diambang pintu, maka untuk meningsing kemerdekaan lahirlah pergerakan-pergerakan kebangsaan / keagamaan sebagai alat perjuangan kemerdekaan, berupa perwujudan kesadaran berorganisasi sebagai langkah pertama untuk berdiri sendiri. Dengan sendirinya pula kesadaran berorganisasi itu, yang diliputi oleh perasaan nasional yang murni, menimbulkan perkembangan baru di lapangan pendidikan pengajaran, maka lahirlah Perguruan-perguruan Nasional.
Organisasi-organisasi yang berdasarkan sosial keagamaan yang banyak melakukan aktivitas kependidikan islam yaitu:
A. Al-Jami’at Al-Khoiriyah
Organisasi yang lebih dikenal dengan nama Jami’at khoir ini didirikan di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1905 . Anggota organisasi ini mayoritas orang-orang Arab, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk setiap muslim menjadi anggota tanpa diskriminasi asal usul. Umumnya anggota dan pimpinannya terdiri dari orang-orang yang berada, yang memungkinkan penggunaan waktu mereka untuk perkembangan organisasi tanpa mengorbankan usaha pencaharian nafkah.
Dua bidang kegiatan yang sangat diperhatikan oleh organisasi ini ialah, (1) pendirian dan pembinaan satu sekolah pada tingkat dasar, (2) pengiriman anak-anak muda ke Turki untuk melanjutkan Studi .
Sekolah Dasar Jam’iat Khoir bukan semata-mata mempelajari agama tetapi juga mempelajari pengetahuan umumlainnya seperti lazimnya suatu sekolah dasar biasa, misalnya berhitung, sejarah(umumnya sejarah islam), ilmu bumi, dan sebagainya. Kurikulum sekolah dan jenjang kelas-kelas telah disusun dan terorganisir. Bahasa pengantarnya adalah bahasa Indonesia atau bahasa Melayu. Bahasa Belanda tidak di ajarkan, tetapi sebagai gantinya bahasa Inggris merupakan pelajaran wajib.
Untuk memenuhi tenaga Guru yang berkualitas Jami’at Khoir mendatangkan Guru-guru dari daerah lain bahkan dari luar negeri untuk mengajar di sekolah tersebut, diantaranya yaitu: H. Muhammad Mansur dari Padang (ahli dalam bidang agama dan bahasa Melayu), Al-Hasyim dari Tunis (bidang olahraga), Syeikh Ahmad Surkati dari Sudan, Syeikh Muhammad Taib dari Maroko, dan Syeikh Muhammad Abdul Hamid dari Mekkah.
Selanjutnya ada 4 (empat) orang Guru sahabat Surkati, salah satunya adalah Muhammad Noor (Abdul Anwar) al-Ansari. Beliau membawa pembaharuan dalam system pengajaran yang menyebabkan terjadinya perpecahan di kalangan Jam’iyat Khoir yang kemudian melahirkan organisasi Al-Irsyad.
Satu hal yang penting dicatat adalah kenyataan bahwa jam’iyat Khoir yang pertama memulai organisasi dengan bentuk modern dalam masyarakat islam (dengan AD/ART, daftar anggota yang tercatat, rapat-rapat secara berkala) dan yang mendirikan suatu lembaga pendidikan dengan system yang boleh dikatakan telah modern (kurikulum, kelas-kelas, pemakaian bangku-bangkupapan tulis, buku pelajaranyang bergambar) . Adapun pertikaian yang terjadi kemudian dengan al-Irsyad mencerminkan pertikaian dalam lingkungan masyarakat Arab tentang kedudukan Sayid dalam masyarakat islam di Indonesia.
Meskipun tujuan asalnya hanya mengenai pendidikan agama tetapi usaha Jam’iat khoir kemudian meluas sampai kepada mengurus penyiran Islam. Perpustakaan dan surat kabar (26 Januari 1913) dan mendirikan atas bantuan S. Muhammad b. saleh b. Agil dan S. Abdulloh b. Alwi Alatas percetakan bahasa Arab “Setia Usaha”, yang di pimpin oleh Umar Said Tjokroaminoto dan yang kemudian menerbitkan surat kabar harian Utusan Hindia (31 Maret 1913).

B. Al-Islah Wal Irsyad
Syeikh Ahmad Surkati, seorang alim yang terkenal dalam agama islam sampai di Jakarta pada bulan Februari tahun 1912. Beliau Jam’iyat Khoir dan mendirikan gerakan Agama sendiri bernama Al-islah Wal Irsyad, dengan haluan mengadakan pembaharuan dalam islam (revormisme).
Pada tahun 1914 berdirilah perkumpulan Al-Islah Wal Irsyad kemudian terkenal dengan sebutan Al-Irsyad, yang berdiri dari golongan-golongan Arab bukan golongan Alawi. Tahun 1915 berdirilah sekolah Al-Irsyad yang pertama di Jakarta, yang kemudian di susul oleh beberapa sekolah dan pengajian lain yang sehaluan dengan itu. Pendiri-pendiri Al-Irsyad kebanyakan adalah pedagang, tetapi guru sebagai tempat meminta fatwa ialah Syeikh Ahmad Sukarti. Al-Irsyad menjuruskan perhatiannya pada bidang pendidikan, terutama pada masyarakat Arab, ataupun pada permasalahan yang timbul dikalangan masyarakat Arab.
Sekolah al-Irsyad di Jakarta lebih banyak jenisnya. Terdapat sekolah-sekolh tingkat dasar, sekolah Guru, bagian Takhasus (dengan pelajaran dua tahun) dimana pelajar dapat mengadakan spesialisasi dalam bidang agama, pendidikan atau bahasa.
Al-Irsyad berkembang dan membuka cabang-cabang di Cirebon, Bumiayu, Tegal, Pekalongan Surabaya danLawang. Cabang-cabang inipun juga mendirikan sekolah-sekolah, umumnya semuanya di tingkat rendah. Pada tahun 1930an cabang Surabaya mendirikan sekolah Guru 2 (dua) tahun dan sebuah sekolah dasar tingkat rendah berbahasa Belanda yang bernama Schakelschool.
Perbaikan Organisasi sekolah dimulai tahun 1924 yaitu anak-anak dibawah umur 10 tahun yang dapat di terima di kelas satu sekolah dasar yang lama belajarnya tahun. Pelajar-pelajar dari sekolah Guru juga mempunyai kesempatan untuk latihan mengajar. Anak yang lebih dari 10 tahun dapat masuk ke kelas-kelas lebih tinggi, mereka yang tinggal di asrama sekolah menerima pula latihan olah raga.
Pemimpin-pemimpin Al-irsyad banyak dipengaruhi oleh tulisan-tulisan Abduh tentang pendidikan. Dalam brosur yang di keluarkan pada tahun 1938 mereka mencontoh saran-saran abduh, bahwa dalam mendidik seorang anak hendaklah tekanan di berikan pada tauhid, fiqih dan sejarah. Tauhid akan memngkinkan seorang untuk mengembangkan jiwa dan hati tanpa ragu-ragu. Fiqih akan memperbaiki budi pekerti dan batin manusia dari segala noda serta memberi pelajaran dalam hak halal dan haramyang bersandar pada dlil-dalil Al-qur’an dan Hadits Nabi.
Sejarah Islam harus menghidupkan kebenaran Islam dan kegagahan umat islam. Secara umum bahwa pendidikan adalah pembentukan watak, pembentukan kemauan dan latihan untuk melaksanakan kewajiban .
Pada tahun 1930an organisasi Al-irsyad mengeluarkan beasiswa untuk beberapa lulusannya guna belajar di luar negeri terutama di mesir. Tetapi para siswa ini tidak memainkan peranan penting sekembali dari sana yang lebih berhasil ialah para lulusan yang melanjutkan pelajarannya tenaga sendiri ataupun dengan bantuan dari keluarga.
Al-Irsyad menggunakan tablig dan pertemuan-pertemuan sebagai cara untuk menyebarkan pahamnya, ia juga menerbitkan beberapa buku dan pamflet-pamflet .

C. Perserikatan Ulama
Perserikatan Ulama merupakan perwujudan dari gerakan pembaharuan di daerah Majalengka, Jawa Barat yang di mulai pada tahun 1911 atas inisiatif Kyai Haji Abdul Halim. KH. A Halim memperoleh pelajaran agama sampai umur 22 tahun kemudian melanjutkan ke mekkah selama 3 (tiga) tahun. Sekembalinya dari mekkah KH. A Halim mendirikan sebuah organisasi “Hayatul Qulub”, yang bergerak di bidang ekonomi dan pendidikan. Hayatul Qulub tidak berlangsung lama, sekitar tahun 1915 organisasi tersebut dilarang oleh pemerintah karena di anggap sebagai penyebab kerusuhan, tetapi kegiatan-kegiatannya terus berjalan, sedang kegiatan pendidikan dilanjutkan oleh sebuah organisasi baru yang di sebut Majlisul Ilmi.
Pada tahun 1916 dirasakan perlu oleh kalangan masyarakat setempat, terutama tokoh-tokoh seperti penghulu dan para pembantunya untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan yang bersifat modern. Akhirnya sebuah sekolah dengan nama Jam’iyat I’anat Al-Muta’alimin di dirikan dan di sambut baik oleh Guru-guru lain di daerah tersebut. Organisasi tersebut kemudian diganti menjadi Perserikatan Ulama, diakui sah secara hokum oleh pemerintah pada tahun 1917 dengan bantuan H.O.S Cokroaminoto (pimpinan serikat islam). Pada tahun1924 Perserikatan Ulama secara resmi meluaskan daerah operasinya ke seluruh jawa dan Madura, dan pada tahun 1937 ke seluruh Indonesia. Perserikatan Ulama tidak semata-mata membatasi diri pada bidang pendidikan, tetapi juga membuka sebuah rumah anak yatim yang di selenggarakan oleh fatimiyah, bagian wanita dari organisasi tersebut. Beberapa buah perusahaan juga berada di bawah pengawasan organisasi itu. Dua setengah hektar tanah di beli pada tahun 1927 untuk pertanian, sebuah percetakan dan sebuah perusahaan tenun di dirikan. Untuk segala keperluan di bidang perusahaan ini semua Guru-guru Perserikatan Ulama di Majalengka di wajibkan membeli saham. Perhatian dibidang ekonomi ini juga di cerminkan dalam kurikulum dari lembaga pendidikan yang di dirikan oleh Perserikatan Ulama yang bernama Santi Asrama. Lembaga ini di dirikan tahun 1932.
Pemikiran dan usul KH. A Halim pada konggres Perserikatan Ulama di Majalengka tahun 1932 membawa kemajuan yang baik. Suatu keluarga yang kaya dari Ciomas menyediakan setumpuk tanahnya, di Pasir Ayu Majalengka, untuk keperluan-keperluan pelaksanaan cita-cita KH. A Halim.
Lembaga ini di namakan santri Asrama yang di bagi 3 (tiga) bagian tingkat permulaan, dasar dan lanjutan. Disamping kurikulum biasa sebagaimana terdapat pada sekolah-sekolah lain dari Perserikatan Ulama, yaitu dalam agama dan pelajaran umum, pelajar-pelajar dalam santri asrama dilatih pertanian. Pekerjaan tangan (besi dan kayu) menenun dan mengolah berbagai –bagai bahan, seperti membuat sabun. Mereka harus tinggal di suatu asrama dibawah disiplin yang ketat, terutama tentang pembagian waktu dan sikap pergaulan hidup mereka. Pada bagian kedua dari tahun 1930an kira-kira 60-70 anak –anak lain yang berasal dari kampUng-kampung sekitarnya turut pula belajar.
Sebagaimana organisasi-organisasi lain, Perserikatan Ulama sejak mula berdiri menyelenggarakan juga tabligh dan mulai sekitar tahun 1930 menerbitkan majalah dan brosur sebagai media penyebar cita-citanya.
D. GONTOR
Sejarah Singkat Pondok Gontor
Pondok Gontor didirikan pada 10 April 1926 di Ponorogo, Jawa Timur oleh tiga bersaudara putra Kiai Santoso Anom Besari. Tiga bersaudara ini adalah KH Ahmad Sahal, KH Zainudin Fananie, dan KH Imam Imam Zarkasy dan yang kemudian dikenal dengan istilah Trimurti.
Pada masa itu pesantren ditempatkan di luar garis modernisasi, dimana para santri pesantren oleh masyarakat dianggap pintar soal agama tetapi buta akan pengetahuan umum. Trimurti kemudian menerapkan format baru dan mendirikan Pondok Gontor dengan mempertahankan sebagian tradisi pesantren salaf dan mengubah metode pengajaran pesantren yang menggunakan sistem watonan (massal) dan sorogan (individu) diganti dengan sistem klasik seperti sekolah umum. Pada awalnya Pondok Gontor hanya memiliki Tarbiyatul Athfal (setingkat taman kanak-kanak) lalu meningkat dengan didirikannya Kulliyatul Mu’alimin Al-Islamiah (KMI) yang setara dengan lulusan sekolah menengah. Pada tahun 1963 Pondok Gontor mendirikan Institut Studi Islam Darussalam (ISID).
Pesantren Gontor dikelola oleh Badan Wakaf yang beranggotakan tokoh-tokoh alumni pesantren dan tokoh yang peduli Islam sebagai penentu Kebijakan Pesantren dan untuk pelaksanaannya dijalankan oleh tiga orang Pimpinan Pondok(Kyai) yaitu KH Hasan Abdullah Sahal (Putra KH Ahmad Sahal). Dr. KH Abdullah Syukri Zarkasy (putra KH Imam Zarkasy) dan KH Syamsul Hadi Abdan,S.Ag. Tradisi pengelolaan oleh tiga pengasuh ini, melanjutkan pola Trimurti (Pendiri).
Pada saat peristiwa Madiun tahun 1948 saat Muso telah menguasai daerah Karesidenan Madiun (Madiun, Ponorogo, Magetan, Pacitan dan Ngawi) dan membunuhi banyak tokoh agama, dimana pada saat itu TNI sudah dilumpuhkan oleh PKI, Pesantren Gontor diliburkan dan santri serta ustadnya hijrah guna menghindar dari kejaran pasukan Muso. KH Ahmad Sahal(alm) selamat dalam persembunyian di sebuah Gua di pegunungan daerah Mlarak. Gua tersebut kini disebut dengan Gua Ahmad Sahal. Kegiatan Pendidikan Pesantren dilanjutkan kembali setelah kondisi normal.
Pandangan Modern KH Ahmad Sahal, sebagai Pendiri tertua dari Trimurti dan kedua adiknya yaitu KH Zainudin Fanani dan KH Imam Zarkasy diwujudkan pula dalam menyekolahkan putra-putrinya selain di sekolah agama (pesantren) juga di sekolah umum. Drs. H. Ali Syaifullah Sahal (alm) alumni Filsafat UGM dan sebuah Universitas di Australia, dosen di IKIP Malang; Dra. Hj. Rukayah Sahal dosen IKIP (UMJ) Jakarta dll.
Dan tentu menjadi bahan pemikiran anggota Badan Wakaf saat ini, untuk mewujudkan Pesantren Gontor menjadi semacam Universitas Al Azhar di Mesir, sebuah universitas yang memiliki berbagai bidang kajian (Agama serta Ilmu dan Teknologi) yang berbasiskan Islam.
Pada tahun 1994 didirikan pondok khusus putri untuk tingkat KMI dan pendidikan tinggi yang khusus menerima alumni KMI. Pondok khusus putri ini menempati tanah wakaf seluas 187 hektar. Terletak di Desa Sambirejo, Kecamatan Mantingan, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Kini, pondok khusus putri memiliki lima cabang, tiga cabang berlokasi di Ngawi, satu cabang di Sulawesi Tenggara dan satu di Kediri.
Hingga kini gontor telah memiliki 10 cabang yang terdiri dari 13 kampus di seluruh Indonesia dan santri/ santriwatinya mencapai 14.273 orang. Tidak seperti pesantren pada umumnya, para pengajarnya pun berdasi dan bercelana panjang pantalon.

E. AL-ZAITUN
Pesantren Ma’had Al-Zaytun adalah pondok pesantren yang berada di kawasan desa Mekarjaya, Gantar – Indramayu, Jawa Barat. Letak ponpes megah ini kurang lebih sekitar 11 km di sebelah tenggara Haurgeulis.
Ponpes yang didirikan pada tahun 1996 ini berdiri megah di atas areal tanah seluas 1200 ha. Ditengah banyaknya isu miring mengenai tempat pendidikan ini, ternyata ada banyak hal menarik yang terdapat disana.
Salah satu perbedaan antara Al-Zaytun dengan pondok pesantren lainnya adalah ketersediaannya semua SDA (sumber daya alam) yang diproduksi sendiri. Al-Zaytun memiliki lahan khusus seluas 1000 ha yang digunakan untuk lahan perkebunan, peternakan, holtikultura dan beberapa industri lain sebagai penunjang. Di pondok pesantren ini juga terdapat stadion olahraga, danau buatan, tempat pembelanjaan, restoran, dan masjid megah yang diberi nama Rahmatan lil ’Alamin, yang konon kelak merupakan salah satu masjid terluas dan tertinggi di dunia.

KSIMPULAN
Dari uraian di atas dapat kami simpulkan bagaimana sejarah pendidikan islam di Indonesia yang di naungan di bawah organisasi-organisasi islam selain NU dan Muhammadiyah. Lembaga-lembaga islam itu muncul karena faktor politik di Indonesia sebagai alat untuk merdeka. Pada umumnya lembaga-lembaga tersebut berawal dari perkumpulan para Ulama, pedagang dan orang-orang Arab. Model pembelajarannya sudah mengacu pada pembelajaran modern, dimana system kelas dan kurikulum sudah ada dan diasramakan. Pada dasarnya sejak zaman sebelum kemerdekaan Indonesia sampai sekarang banyak terdapat lembaga pendidikan Islam yang berperan penting dalam rangka penyebaran islam dan membangkitkan rasa sikap patriotisme dan nasionalisme serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan Nasional. Diantara lembaga-lembaga yang sudah kami ulas yaitu; Al-Jami’at Al-Khoiriyah, Al-Islah Wal Irsyad, Perserikatan Ulama, Gontor dan Al-Zaitun.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dra. Zuhairini, Sejarah Pendidikan islam, Penerbit Bumi Askara
2. Noer Deliar, Gerakan Modern Islam di Indonesia1900-1942

Semoga makalah ini bermanfaat.
Tentu dari penulis masih banyak sekali kekurangan, mohon untuk kritik dan sarannya. terimakasih

MASALAH KESULITAN BELAJAR

0

PENDAHULUAN

Aktifitas belajar pada setiap individu, tidak selamannya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang dapat dengan cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang terasa amat sulit, kadang semangatnya tinggi, kadang juga sulit untuk konsentrasi. Demikian kenyataan apa yang kita sering jumpai pada anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individu inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak didik.
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah, akan tetapi disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Dengan demikian IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar bisa dikarenakan metode mengajar yang tidak sesuai, penekanan kurikulum yang tidak cocok atau bahkan pembelajaran yang kompleks.
Karena itu dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat kepada setiap anak didik, maka para pendidik perlu memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan kesulitan belajar.
Disini penulis akan sedikit menjelaskan beberapa garis besar faktor penyebab kesulitan belajar sampai usaha mengatasi kesulitan belajar.

Oleh : Imam Choiri


PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesulitan Belajar
Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah anak yang memiliki ganguan satu atau lebih dari proses dasar yang mencakup pemahaman penggunaan bahasa lisan atau tulisan, gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kemampuan yang tidak sempurna dalam mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau menghitung.
Batasan tersebut meliputi kondisi-kondisi seperti gangguan perceptual, luka pada otak, diseleksia dan afasia perkembangan. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya dengan lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan.
Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.
Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan dijelaskan dari masing-masing pengertian tersebut.
1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Dari sedikit penjelasan diatas, dirasakan bahwa orangtua perlu mengetahui bentuk kesulitan belajar yang dialami oleh putra/puteri mereka agar lebih mengerti bentuk kesulitan yang putera/puteri mereka hadapi. Banyak orangtua yang juga bertanya dan bingung tentang pendidikan dan prestasi belajar anak, baik di sekolah maupun dirumah.
Bahkan belajar menjadi 4 golongan masalah yang biasanya terjadi pada anak kita. Pada dasarnya seorang anak memiliki 4 masalah besar yang tampak jelas di mata orang tuanya dalam kehidupannya yaitu:
1. Out of Law / Tidak taat aturan (seperti misalnya, susah belajar, susah menjalankan perintah, dsb)
2. Bad Habit / Kebiasaan jelek (misalnya, suka jajan, suka merengek, suka ngambek, dsb.)
3. Maladjustment / Penyimpangan perilaku
4. Pause Playing Delay / Masa bermain yang tertunda
Perlu diketahui juga, awalnya banyak pendapat yang menyatakan keberhasilan anak dan pendidikan anak sangat tergantung pada IQ (intelligence quotient). Namun memasuki dekade 90-an pendapat itu mulai berubah. Daniel Goleman mengungkapkan bahwa keberhasilan anak sangat tergantung pada kecerdasan emosional (emotional intelligence) yang dimiliki. Jadi IQ bukanlah satu satunya yang mempengaruhi keberhasilan anak, masih ada emotional intelligence yang juga perlu diperhatikan.
Ini adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasaan serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasaan, dan mengatur suasana hati.

B. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar dapat digolongkan kedalam dua golongan, yaitu:
1. Faktor intern
Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam individu yang sedang belajar. Faktor intern dibagi menjadi tiga faktor, yaitu :
• Jasmani, yang terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh
• Psikologis, yang terdiri dari faktor inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
• Kelelahan yang terdiri dari faktor kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

2. Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu :
• Keluarga, yang meliputi cara orang mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
• Sekolah, yang meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
• Masyarakat, yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
C. Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar
Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat dilakukan melalui enam tahap yaitu :

1. Pengumpulan data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak informasi sehingga perlu diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut pengumpulan data.

2. Pengolahan data
Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak ada artinya jika tidak diadakan pengolahan secara cermat. Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak.

3. Diagnosis, merupakan keputusan mengenai hasil dari pengolahan data.

4. Prognosis, merupakan aktivitas penyusunan rencana/program yang diharapkan dapt membantu mengatasi masalah kesulitan belajar anak didik.

5. Perlakuan, yang merupakan pemberian bantuan kepada anak yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis tersebut.

6. Evaluasi, dimaksudkan untuk mengetahui apakah perlakuan yang
telah diberikan berhasil dengan baik, artinya ada kemampuan atau bahkan gagal sama sekali. (Ahmadi dan Widodo, 2000: 96)

KESIMPULAN
Dari berbagai penjelasan diatas, tentu banyak sekali tugas sebagai orang tua/pendidik dalam mendidik anak, baik mulai dari masa kecil mereka maupun hingga besar nantinya. Semua adalah tanggung jawab yang mulia, sebagaimana anak adalah karunia dan titipan Tuhan kepada para orang tua/pendidik. Maka dari itu, pendidiklah yang harus merawat dan memperhatikan perkembangan mereka, dan akhirnya pendidik pula yang akan tersenyum bahagia melihat perkembangan mereka. Marilah kita memulai belajar mengenali dan mendidik anak mulai dari sekarang.

DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Drs. Psiliologi Umum. Surabaya: Bina Ilmu,1983
Abu Ahmadi, Widodo Suriyono. Psiliologi Belajar. Jakarta: Rinka Cipta, 2004. Cet 2

Hipno Learning

1

HIPNO LEARNING
Oleh : Imam Choiri
A. Pendukung sukses KBM
1. Guru yg menyenangkan
2. Ruang bersih, rapi, indah, cat tembok yg sesuai.
3. Suara yang tenang
4. Sarana mengajar, peraga, alat viasualisasi, dll
5. Suasana gembira, bahagia.
B. Saran bagi guru ketika masuk kelas
1. Tidak sedang emosi negatif
2. Tidak dendam pada anak
3. Tidak marah pada anak
4. Tidak negatif pada anak
C. Tips menghilangkan energi negatif
1. Niatkankan dan ikhlaskan energi emosi ) negatif untuk lepas dari tubuh.
2. Memakai keset sebagai sarana menggronkan energi negatif ke bumi
3. Sebelum masuk kelas berdoa untuk kebaikan kesuksesan anak didik.
4. Masuk kelas dengan wajah tersenyum
5. Ciptakan selalu kebahagiaan dalam kelas
D. Akibat ketakutan bagi anak
1. Tidak dapat menerima pelajaran dgn baik
2. Pikiran tidak dpt berkembang
3. Tidak memunculkan ide kreatif
4. Stress
5. Dendam
6. Kurang Semangat belajar
7. Presatasi belajar kurang
8. Tidak betah di sekolah
E. Anak perlu diberikan :
1. AFIRMASI : Cita-cita
2. SUGESTI : keyakinan
3. VISUALISASI : perencaan
F. AFIRMASI:
Pernyataan singkat dan sederhana yg diulang-ulang dan mengandung hal positif untuk membangkitkan semangat dgn tujuan tertentu
Contoh :
Kata-kata kepada siswa
1. kamu menjadi siswa teladan
2. kamu menjadi siswa sukses
3. Kamu semangat belajar
4. Ingatan kamu bagus
G. SUGESTI :
pesan yang terprogram untuk mempengaruhi respon dalam pikiran maupun tindakan.
Contoh :
1. Kamu pasti mendapat nilai memuaskan karena kamu rajin belajar
2. Kamu pasti mejadi sehat, karena kamu rajin olah raga dan membiasakan hidup bersih.

H. VISUALISASI
proses penggambaran dlm pikiran bawah sadar untuk pencapaian yg diinginkan secara konkrit
Contoh :
1. Rumah saya berbentuk dua lantai, empat kamar, satu garasi dan bercat coklat.